Perkataan geografi berasal dari bahasa Yunani: geo berarti
bumi dan graphein berarti
tulisan. Jadi, secara harfiah, geografi berarti tulisan tentang bumi. Oleh karena itu,
geografi sering juga disebut ilmu bumi. Akan tetapi, yang dipelajari dalam
geografi bukan hanya mengenai permukaan bum saja, melainkan juga berbagai hal
yang ada di permukaan bumi, di luar bumi, bahkan benda-benda di ruang angkasa
pun turut menjadi objek kajian geografi.
Dengan demikian,
definisi singkat di atas perlu diperluas dan dilengkapi sehingga mencakup semua
hal yang dikaji dalam studi geografi. Berikut ini beberapa batasan atau
definisi dari beberapa pakar Geografi.
a. Geografi
adalah disiplin ilmu yang berusaha untuk menguraikan dan menginterpretasikan
karakter variabel dari suatu tempat ke tempat lainnya di bumi sebagai tempat
kehidupan manusia (Hart Shorne, 1960).
b. Geografi adalah studi tentang lokasi dan tatanan
fenomena pada permukaan bumi dan proses-proses yang menyebabkan distribusi
fenomena tersebut (Fielding, 1974).
c. Geografi
adalah ilmu pengetahuan tentang perkembangan nasional dan pengujian
terhadap teori-teori yang menjelaskan dan memperkirakan distribusi spasial dan
lokasi berbagai karakteristik dari permukaan bumi (Yeates and Hagget, 1979).
d. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan
dalam konteks keruangan (Semlok 1988 dan Nursid Sumaatmaja, 1997).
Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang Susatya, Sugeng
Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Ilmu Penunjang Geografi
Ilmu yang
menerangkan aspek fisik meliputi geografi matematik, geologi, geomorfologi,
meteorologi, oceanografi, dan sebagainya. Ilmu yang menerangkan aspek sosial
seperti antropologi, geografi ekonomi, geografi politik, dan sebagainya.
Perhatikan bagan berikut ini:
Bagan ilmu penujnajng Geografi
sumber : Wardiatmoko dan Bintarto, 2004
Penjelasan:
a. Aspek Fisik
1) Geografi matematik, yaitu astronomi (ilmu falak),
ilmu yang objeknya mempelajari benda-benda langit, bumi sebagai satelit,
matahari sebagai bintang-bintang di langit.
2) Geologi, yaitu ilmu yang mempelajari bumi secara
keseluruhan, asal kejadian, struktur, komposisi dan sejarahnya (termasuk
perkembangan kehidupan), dan proses alamiah yang membuat perkembangannya hingga
sampai sekarang. Geologi meliputi cabang-cabang ilmu sebagai berikut:
·
Kristalografi, mineralogi, dan
petrologi.
·
Struktur geologi, dan geofisika.
·
Stratigrafi dan historis geologi.
·
Geologi fisik dan geomorfologi.
3) Geomorfologi, yaitu ilmu yang objeknya tentang
bentuk-bentuk permukaan bumi dan segala proses yang menghasilkan bentuk-bentuk
tersebut. Proses yang dominan adalah pelapukan dan erosi.
4) Meteorologi, yaitu ilmu yang objeknya mempelajari
atmosfer, udara, cuaca, suhu, angin, awan, hujan, radiasi, matahari, dan
sebagainya.
5) Oceanografi, yaitu ilmu yang objeknya mempelajari
perairan laut serta gerakannya, pasang surut, arus, kedalaman, temperatur,
kadar garam, dan nilai ekonomisnya. Juga tentang geologi dasar laut dan
sebagainya.
b. Aspek Sosial
1) Geografi sosial/sosiologi, ilmu yang mempelajari
struktur sosial dan proses sosial termasuk perubahan sosial, yaitu
kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, dan
lapisan sosial. Sedangkan proses sosial adalah pengaruh timbal balik berbagai
segi kehidupan bersama.
2) Geografi
ekonomi (geografi sosial ekonomi), ilmu yang objeknya mempelajari hubungan
timbal balik antara manusia dengan lingkungannya dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup untuk dapat mencapai kesejahteraan dalam hidupnya.
3) Geografi
politik, ilmu yang objeknya mempelajari/studi tentang hubungan antara daratan
dan lautan dengan politik untuk tujuan politik luar negeri. Jadi, metode/cara
mempergunakan prinsip-prinsip geografi untuk meramalkan perkembangan politik
dunia.
4) Antropologi/antropogeografi,
ilmu yang objeknya mempelajari tentang penyebaran masyarakat bangsa-bangsa di
bumi sehubungan dengan lingkungan geografi. Para ahli menganggap
antropogeografi sama dengan human geografi.
5) Biogeografi,
ilmu yang objeknya mempelajari kehidupan/biosfer di muka bumi (di darat, laut,
dan udara).
Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang Susatya, Sugeng
Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Objek Studi Geografi
Objek studi geografi sangat luas, namun dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu atmosfer, geosfer dan hidrosfer.
a. Atmosfer
Atmosfer atau ruang angkasa atau antariksa yang sangat
menarik untuk dijadikan penelitian. Ternyata di ruang angkasa penuh dengan
benda-benda langit yang jumlahnya tak terhingga (miliaran) dan mempunyai bentuk
yang berbeda-beda.
Ada yang disebut
bintang sejati (bintang tetap),
planet (bintang beredar), komet
(bintang berekor), meteor (bintang
beralih), bulan (satelit), planetoid
(asteroid), dan debu kosmis (debu udara).
Objek benda-benda langit diselidiki oleh ilmu astronomi. Keadaan cuaca, angin, awan,
hujan diselidiki oleh ilmu meteorologi.
Keadaan iklim diselidiki oleh ilmu klimatologi.
b. Geosfer
Kulit bumi itu keadaannya berlapis-lapis, lapisan yang paling luar
tebalnya ± 40 km yang terdiri atas lapisan sial (si – silica – al – aluminium)
dan lapisan sima (si – silica – ma –
magnesium) terletak di bawahnya. Kedua lapisan ini disebut kerak bumi atau
kulit bumi (litosfer).
Lapisan di bawah kerak bumi adalah lapisan plastis, tebalnya ± 2.900
km, disebut lapisan selubung atau mantel (misosfer). Lapisan di bawah mantel
tebalnya ± 2.000 km terdiri atas unsur besi cair disebut lapisan inti luar.
Lapisan di bawah inti luar adalah lapisan inti bumi yang terdiri atas
unsur besi padat dengan jari-jari ± 1.370 km, baik inti luar maupun inti dalam
yang disebut barisfer. Lapisan barisfer
terdiri atas unsur nikel dan besi atau
nife (niculum ferum). Mengenai kejadian, struktur, dan komposisi
batu-batuan kulit bumi diselidiki oleh ilmu geologi, sedangkan sifat
batu-batuannya diselidiki oleh ilmu geofisika.
Banyak sekali objek geosfer yang dipelajari Geografi antara lain
sebagai berikut :
1) Tentang penyebaran makhluk hidup
secara geografi baik flora maupun manusia.
2) Bentuk-bentuk muka bumi dan segala
proses yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut seperti terjadinya pegunungan,
lembah, ngarai, jurang, dan dataran tinggi.
3) Tentang fosil-fosil serta
bentuk-bentuk kehidupan pada zaman pra sejarah yang terdapat pada lapisan bumi
seperti fosil komodo dan gajah mamut.
4) Tentang penyebaran bangsa-bangsa
dan adat-istiadat di muka bumi, ada ras kulit putih, kulit hitam, kulit kuning,
kulit merah, dan kulit sawo matang (cokelat).
c. Hidrosfer atau Perairan
Hidrosfer adalah perairan yang mengelilingi bumi berupa
samudera, laut, sungai, danau, gletser, air tanah, mata air, dan sebagainya.
Perbandingan luas perairan dan luas daratan bumi adalah 72 : 28.
Keadaan laut mengenai air serta gerakannya pasang surut,
arus laut, dalamnya, suhunya, kadar garamnya, dan nilai ekonomisnya diselidiki
oleh oceanografi, sedangkan hidrografi adalah ilmu yang mempelajari
hubungannya dengan pencatatan survei, pemotretan laut, danau, sungai, dan
sebagainya.
Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang Susatya, Sugeng
Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Tujuan Pembelajaran Geografi
Tujuan
pembelajaran Geografi meliputi tiga aspek, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
a. Pengetahuan
1) Mengembangkan konsep dasar Geografi yang berkaitan
dengan pola keruangan dan proses-prosesnya.
2) Mengembangkan pengetahuan sumber daya alam, peluang,
dan keterbatasannya untuk dimanfaatkan.
c) Mengembangkan konsep dasar Geografi yang berhubungan
denganlingkungan sekitar dan wilayah negara/dunia.
b. Keterampilan
1) Mengembangkan
keterampilan mengamati lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan
binaan.
2) Mengembangkan
keterampilan mengumpulkan, mencatat data, dan informasi yang berkaitan dengan
aspek-aspek keruangan.
3) Mengembangkan
keterampilan analisis, sintesis, kecenderungan, dan hasil-hasil dari interaksi
berbagai gejala geografis.
c. Sikap
1) Menumbuhkan kesadaran terhadap perubahan fenomena
geografi yang terjadi di lingkungan sekitar.
2) Mengembangkan sikap melindungi dan tanggung jawab
terhadap kualitas lingkungan hidup.
3) Mengembangkan kepekaan terhadap permasalahan dalam
hal pemanfaatan sumber daya.
4) Mengembangkan sikap toleransi terhadap perbedaan
sosial dan budaya.
5) Mewujudkan rasa cinta tanah air dan persatuan
bangsa.
Sumber
: Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo
Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang
Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
KONSEP GEOGRAFI DAN JENIS-JENISNYA
Gejala geografi di sekitar kita merupakan hasil keseluruhan interelasi
keruangan faktor fisis dengan faktor manusia. Menurut hasil studi gejala yang
nyata tadi, dalam diri kita akan terbentuk suatu pola abstrak yang kita kaji.
Pola abstrak dalam bentuk pengertian abstrak inilah yang disebut
konsep. Karena pola abstrak tersebut berkenaan dengan gejala yang konkret
tentang geografi maka disebut konsep geografi. Adapun jenis-jenis konsep
geografi menurut N. Daldjoeni, yaitu penghargaan budayawi terhadap bumi, konsep
regional, pertalian wilayah, lokalisasi, interaksi keruangan, skala wilayah,
dan konsep tentang perubahan.
1. Penghargaan Budayawi Terhadap Bumi
Manusia pada masa yang berbeda-beda dalam sejarah
menangkap dan menafsir lingkungan alamnya berbeda-beda, menurut negerinya dan
menurut pandangan hidupnya. Misalnya pandangan religius dari orang Jawa
terhadap laut selatan, pandangannya terhadap hutan Roban (Pekalongan) yang
keramat di masa dulu; sekarang hutan tersebut digunduli. Sekarang kemajuan
teknologi berjalan mengikuti perubahan pandangan manusia terhadap lingkungan
alam sebagai sumber daya. Penanganan manusia atas sumber daya baik eksplorasi
dan eksploitasi tergantung dari tingkat pendidikan, kompetensi teknik, semangat
kewiraswastaan, ikatan sosial, organisasi ekonomi, stabilitas politik, dan
kebijakan pemerintah.
2. Konsep Regional/Wilayah
Suatu wilayah dipandang memiliki homogenitas dalam hal
bentuk bentang alamnya (landscape) dan corak kehidupannya (mata pencarian, mentalitas
penduduk). Misalnya daerah Wonogiri selatan sebagai daerah kapur (karst).
Kondisi di sana dapat mudah digeneralisasikan: tanah tandus, penduduk miskin,
gizi jelek, pola migrasi kuat, dan pekerja keras yang bersemangat.
3. Ciri Khusus Keadaan Wilayah (Areal Coherence)
Hubungan antar unsur alam dalam suatu wilayah
menghasilkan suatu proses yang memberi ciri khusus kepada wilayah yang
bersangkutan. Misalnya di daerah kabupaten Boyolali, kombinasi yang
menguntungkan antara keadaan curah hujan, suhu, vegetasinya, jenis tanah, dan
topografi menjadikan wilayah ini sebagai penghasil susu dan daging ternak baik
dari sapi maupun kambing.
4. Lokalisasi
Lokasi (location) adalah posisi pasti dalam ruang. Dalam Geografi
lokasi mempunyai dua makna, yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif.
“Lokasi absolut
adalah lokasi di permukaan bumi yang ditentukan oleh sistem koordinat garis
lintang dan garis bujur, disebut juga lokasi mutlak. Contoh: Jalan Jenderal
Sudirman kapling 121 Jakarta. Lokasi absolut berguna untuk menentukan
fenomena/gejala dalam ruang di permukaan bumi atau dalam peta.
Lokasi relatif adalah lokasi sesuatu objek yang nilainya ditentukan
oleh objek-objek lain di luarnya. Contoh:
Lokasi desa A jauh dari kota dan jauh dari jalan raya dibanding lokasi
desa B yang terletak dekat kota dan di pinggir jalan raya. Lokasi desa A lokasi
relatifnya lebih baik dibanding dengan desa B bila ditinjau dari nilai
aksesibilitas/keterjangkauannya. Lokasi relatif lebih penting dibanding lokasi
absolut dalam studi Geografi. Olah karenanya banyak mendapat perhatian
(Suhardjo, 1999”
5. Interaksi
Keruangan (Spatial Interaction)
Kekhususan suatu wilayah misalnya dalam hal hasil dapat mendorong berbagai
bentuk kerja sama dan saling tukar jasa dengan wilayah lain. Jadi, perbedaan
wilayah mendorong interaksi yang berupa pertukaran manusianya (migrasi),
barangnya (perniagaan), dan budayanya. Sehubungan itu lokasi yang sentral
membawa banyak kemajuan, sebaliknya lokasi yang menyendiri mengakibatkan
keterpencilan dan kemunduran.
6. Skala Wilayah
Studi geografis dapat bersifat mikroskopis (wilayah sempit) dan dapat pula
makroskopis (wilayah luas). Kesimpulannya, yang berlaku bagi wilayah sempit
dapatkah digeneralisasikan bagi wilayah
luas? Kadang-kadang dapat dan kadang-kadang tidak dapat. Ini tergantung
dari sifat kombinasi unsur-unsur alam lingkungan di sekitarnya dan teknolgi.
7. Konsep
Perubahan
Hal yang dipelajari tentang suatu wilayah, apakah yang berlaku pada waktu
tertentu, yang terbaru atau saat ini, tetapi kondisi saat ini adalah hasil dari
proses yang berjalan lama dari dulu, melalui aneka perubahan. Perubahan ada
yang berjangka pendek dan ada yang
berjangka panjang. Iklim itu panjang jangkanya, tetapi cuaca dan musim
jangkanya pendek.
Dengan bekal
tujuh konsep tersebut seorang geograf akan bekerja dari ruang permukaan bumi
tempat ia hidup. Pokok-pokok lainnya yang perlu dipahami oleh para geograf
adalah sebagai berikut :
a.
Persebaran gejala-gejala di
permukaan bumi.
b.
Hubungannya dengan gejala lain di
tempat atau wilayah yang bersangkutan.
c.
Hubungan dengan gejala lain di
tempat atau wilayah lain.
d.
Efek satu atau lebih gejala yang
di atas.
e.
Bervariasinya gejala dari
masing-masing tempat.
f.
Mengapa gejala ada di
tempat-tempat tertentu, tetapi di tempat lain tidak ada.
g.
Pembauran gejala spatial.
h.
Gerakan-gerakan gejala yang
bertimbal balik.
i.
Mengapa gejala munculnya tidak
teratur.
j.
Bentuk jaringan aneka gejala.
k.
Kepadatan dan pengelompokan
gejala.
l.
Lokasi dan lokalisasi gejala.
m.
Pembatasan adanya penduduk dan
kegiatannya di suatu tempat.
n.
Efek dari kegiatan di suatu tempat
terhadap tempat lain.
Dengan memahami
masing-masing pokok itu mereka yang mempelajari geografi diajak untuk memahami
hal-hal sebagai berikut:
a. Hubungan relasi manusia dengan
bumi, dengan aneka keuntungannya maupun hambatan bagi kehidupan.
b. Tingkat keterbatasan manusia dari
ruang permukaan bumi tempat ia hidup.
c. Cara memecahkan berbagai
masalahnya yang bertalian dengan ruang dan jarak.
d. Dengan bekal pemahaman itu semua
diharapkan manusia mampu mengatur kondisi permukaan bumi dan manfaatnya.
Sumber : Geografi :
untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang Susatya, Sugeng
Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Metode Pendekatan Geografi
Ruang lingkup
geografi dapat dikatakan sangat luas. Metode pendekatan yang dapat digunakan
tidak lagi hanya dari aspek keruangannya saja, melainkan juga aspek sistem-sistem lainnya. Ada
beberapa pendekatan geografi menurut
Nursid Sumaatmadja, yaitu :
2.
Ekologi
3.
Historis
Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo
; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Pendekatan Keruangan (Spatial Approach)
Pendekatan
keruangan merupakan metode pendekatan yang khas dalam geografi. Pada
pelaksanaan pendekatan keruangan ini harus tetap berdasarkan prinsip-prinsip
yang berlaku. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: prinsip penyebaran,
interelasi, dan deskripsi, sedangkan yang termasuk pendekatan keruangan, yaitu
pendekatan topik, pendekatan aktivitas manusia, dan pendekatan regional. Secara teoretis pendekatan itu dapat
dipisahkan satu sama lain, akan tetapi pada kenyataan praktisnya, berhubungan
satu sama lain.
a. Pendekatan
Topik
Dalam
mempelajari suatu masalah geografi di wilayah tertentu, kita dapat mengadakan
pendekatan dari topik tertentu yang menjadi perhatian utama. Misalnya di daerah
tertentu, topik yang menjadi perhatian utama adalah kelaparan maka kelaparan
inilah yang menjadi sorotan utama dalam pendekatan topik.
Yang menjadi
pegangan pokok dalam melakukan pendekatan topik ini, yaitu tidak boleh
dilepaskan hubungannya dengan ruang yang menjadi wadah gejala atau topik yang
kita dekati. Faktor-faktor geografi seperti manusianya dan keadaan fisisnya
tidak boleh diabaikan. Dengan landasan
keruangan ini, kita akan dapat mengungkapkan karakteristik kelaparan di daerah
yang bersangkutan kalau dibandingkan dengan gejala atau kelaparan di wilayah yang
lainnya.
Kelaparan di
daerah tersebut diungkapkan jenis-jenisnya, sebab-sebabnya, penyebarannya,
intensitasnya, dan interelasinya dengan gejala yang lain dan dengan masalah
secara keseluruhan.
b. Pendekatan Aktivitas Manusia (Human Activities)
Aktivitas
penduduk ini dapat ditinjau dari penyebarannya, interelasinya, dan deskripsinya
dengan gejala-gejala lain yang berkenaan dengan aktivitas tadi. Ditinjau dari
penyebarannya, kita akan dapat membedakan jenis aktivitas tadi sehubungan
dengan mata pencarian penduduk. Apakah aktivitas itu berlangsung di daerah
pegunungan, apakah di dataran rendah, apakah dekat dengan sungai, apakah dari
sungai, apakah di pantai, dan seterusnya.
Dari kegiatan
penyebaran penduduk tadi, kita dapat mengungkapkan interelasinya dengan keadaan
kesuburan tanah, dengan hidrografi, dengan keadaan komunikasi-transportasi,
dengan keadaan tinggi-rendah permukaan, dan dengan faktor-faktor geografi
lainnya. Oleh karena itu, kita dapat membuat suatu deskripsi tentang aktivitas
penduduk tadi berdasarkan interelasi keruangan dengan gejala-gejala lain dan
dengan berbagai masalah sebagai sistem
keruangannya.
Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo
; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Pendekatan Regional
Pendekatan
regional berarti mendekati suatu gejala atau suatu masalah dari regional,
wilayah tempat gejala atau masalah tersebut tersebar. Tekanan utama
pendekatannya bukan kepada topik atau aktivitas manusianya, melainkan kepada
region yang merupakan tempat atau
wadahnya. Jadi, wilayah dan ekologinya berdiri sendiri dalam satu
ruangan. Misalnya dalam melakukan studi tentang masalah kelaparan, kita dapat
melakukan pendekatan regional tentang gejala kelaparan tadi. Dalam hal ini
meninjau kelaparan berdasarkan wilayahnya. Pertanyaan yang dapat dikemukakan,
yaitu di wilayah-wilayah mana saja kelaparan terjadi? Kita akhirnya dapat
mengungkapkan penyebaran gejala atau masalah kelaparan di permukaan bumi.
Berdasarkan penyebarannya kita dapat pula mengungkapkan apa sebabnya kelaparan itu terjadi di region/wilayah yang bersangkutan. Selanjutnya kita dapat mengungkapkan interelasi dan interaksi gejala kelaparan itu dengan gejala-gejala yang lain pada region yang sama. Dalam hal ini berarti bahwa kita telah mengungkapkan interelasi dan interaksi keruangan gejala kelaparan dengan gejala atau faktor geografi lainnya, seperti faktor aktivitas penduduknya.
Selanjutnya,
dari hasil pendekatan regional dengan didasarkan atas prinsip-prinsip geografi,
kita akan dapat mengadakan deskripsi gejala atau masalah kelaparan tadi pada
region/wilayah yang bersangkutan.
Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo
; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Pendekatan Ekologi (Ecological Approach)
Geografi dan
ekologi adalah dua bidang ilmu yang berbeda satu sama lain. Geografi berkenaan
dengan interelasi kehidupan manusia dengan faktor fisisnya yang membentuk
sistem keruangan yang menghubungkan suatu region dengan region lainnya.
Sedangkan ekologi, khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi antara
manusia dengan lingkungannya yang membentuk suatu sistem ekologi atau
ekosistem. Prinsip dan konsep yang berlaku kedua bidang ilmu tersebut, berbeda
satu sama lain. Karena ada kesamaan pada objek yang digarapnya, kedua ilmu
tersebut pada pelaksanaan kerjanya dapat saling menunjang dan saling membantu.
Pendekatan
ekologi adalah suatu metodologi untuk mendekati, menelaah, dan menganalisis
suatu gejala atau masalah dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi. Dalam
hal ini, metodologi pendekatan, penganalisisan, dan penelaahan gejala dan
masalah geografi.
Pandangan dan penelaahan ekologi diarahkan kepada hubungan antara manusia sebagai makhluk hidup dengan lingkungan alam. Pandangan dan penelaahan ini dikenal sebagai pendekatan ekologi, yang dapat mengungkapkan masalah hubungan penyebaran dan aktivitas manusia dengan lingkungan alamnya. Pada pendekatan ekologi suatu daerah pemukiman, daerah pemukiman tersebut ditinjau sebagai suatu bentuk ekosistem hasil interaksi penyebaran dan aktivitas manusia dengan lingkungan alamnya. Demikian pula jika kita mengkaji daerah pertanian, daerah perindustrian, daerah perkotaan, dan lain-lain.
Geografi dapat
dikatakan juga sebagai ilmu tentang ekologi manusia yang bermaksud menjelaskan
hubungan antara lingkungan alam dengan penyebaran dan aktivitas manusia. Pokok
dari geografi adalah berkenaan dengan studi tentang ekologi manusia pada
area/daerah yang khusus. Pengertian geografi pada konteks ini bukan merupakan
pengertian geografi secara keseluruhan, melainkan kepada geografi regional. Meninjau
region sebagai suatu bentuk ekosistem hasil hubungan dan penyesuaian penyebaran
aktivitas manusia dengan lingkungannya pada area atau daerah tertentu.
Interelasi manusia dengan alam lingkungan di sekitarnya dikaji berdasarkan
konsep dan prinsip ekologi.
Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo
; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Pendekatan Historis (Pendekatan Kronologi)
Menurut Preston
E. James, sejarah dan geografi merupakan ilmu yang dwitunggal. Tempat dan waktu
menyajikan kerangka kerja yang di dalamnya dapat dijelaskan pranata manusia dan
proses perubahan kebudayaan yang dapat ditelusuri.
Hartshorne
mengemukakan pentingnya dimensi sejarah pada geografi. Jika dimensi tempat
menjelaskan interelasi keruangannya maka dimensi sejarah dapat menjelaskan
dimensi waktunya dan dapat menjelaskan pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada studi
geografi, metodologi dengan menggunakan dimensi urutan waktu atau dimensi
sejarah, dikenal sebagai pendekatan historis atau pendekatan kronologi. Dengan
menerapkan pendekatan historis suatu gejala atau suatu masalah pada ruang
tertentu, kita dapat mengkaji perkembangannya dan dapat pula melakukan prediksi
proses gejala atau masalah tadi pada masa-masa yang akan datang. Melalui
pendekatan historis ini, kita dapat melakukan pengkajian dinamika dan
perkembangan suatu gejala geografi di daerah atau di wilayah tertentu.
Meneliti, menganalisis, dan mengadakan interpretasi peta suatu wilayah dengan menggunakan pendekatan historis, artinya dengan menggunakan peta perkembangan daerah berdasarkan urutan waktunya, kita akan dapat melihat kecenderungan ke arah mana kota itu tumbuh berkembang beserta apa penunjangnya.
Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo
; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Pendekatan Sistem (System Approach)
Sistem itu
memiliki pengertian konotatif yang luas. Konsep sistem ini dapat diterapkan
kepada rangkaian gejala, dapat diterapkan kepada alat atau pesawat elektronik,
dapat diterapkan kepada susunan jasmaniah manusia. Kriteria utama dari suatu sistem
bahwa komponen atau subsistem yang membentuk sistem tersebut, harus membentuk
suatu rangkaian atau kesatuan yang tidak terpisah-pisahkan. Pada suatu sistem,
rangkaian komponen itu nilainya lebih tinggi daripada komponen yang
terpisah-pisah.
Pendekatan
sistem merupakan metode berpikir sintetik yang diterapkan pada masalah yang
merupakan suatu sistem, sedangkan yang dimaksud dengan mode berpikir sintetik, yaitu mode berpikir
yang didasarkan atas doktrin ekspansionisme. Doktrin ekspansionisme adalah cara
meninjau suatu benda atau suatu hal sebagai bagian dari keseluruhan yang besar.
Gejala yang
berkaitan dengan gejala yang menjadi sorotan utama tadi dapat ditetapkan
sebagai subsistem dari gejala-gejala utamanya. Pendekatan dan penelaahan gejala
geografi utama dengan subsistemnya, ditinjau sebagai satu kebulatan yang tidak
terpisahkan satu sama lain. Sebagai ilustrasi misalnya kita menelaah suatu
jenis pertanian yang kita tetapkan sebagai satu sistem. Jika pertanian kita
tetapkan sebagai satu sistem, gejala-gejala yang berhubungan dengan pertanian
tadi, kita tetapkan sebagai subsistemnya. Contoh, tanah dengan kesuburannya,
keadaan hidrografi dengan distribusi dan fluktuasi airnya, cuaca dengan segala
unsur dan perubahannya, manusia dengan segala aktivitasnya, teknologi dengan
segala perlengkapannya, dan lain-lain.
Pendekatan sistem seperti di atas, dapat ditetapkan pada sistem keruangan industri, pemukiman, perkotaan, pelabuhan, jaringan komunikasi-transportasi, dan lain-lainnya.
Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo
; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Objek Geografi
Hal-hal yang
harus dikuasai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam penelitian geografi
antara lain observasi lapangan, membuat dan menggunakan berbagai peta,
menggunakan dan menyusun suatu dokumentasi, menyusun dan membuat model, dan
lain-lainnya.
Langkah-langkah
penelitian geografi pelaksanaannya sebagai berikut :
a.
Perumusan dan pernyataan masalah
penelitian.
b.
Perumusan dan tujuan penelitian.
c.
Penyusunan hipotesis penelitian.
d.
Penentuan populasi dan penarikan
sampel.
e.
Teknik pengumpulan data.
f.
Analisis dan interpretasi data.
g.
Penarikan kesimpulan hasil
penelitian.
Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo
; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Struktur Organisasi Geografi
Seperti manusia
yang memiliki organisasi kemasyarakatan, geografi juga mempunyai struktur
”organisasi” geografi yang bertujuan untuk memudahkan dalam menganalisis suatu masalah yang dihadapi.
Struktur organisasi geografi disusun sebagai berikut :
Struktur
organisasi geografi.
(Sumber:
Kuswanto, 2004)
a. Fakta
Geografi: kejadian nyata. Contoh: Gempa bumi di Sumatera Barat, tabrakan KRL di
Bogor, wafatnya proklamator negara Republik Indonesia.
b. Distribusi
ruang: di mana kejadian itu terjadi.
c. Skala peta:
dapat dihitung jaraknya dari rumah Anda atau kota Anda ke kota tempat kejadian.
d. Asosiasi
areal: hubungan antartempat yang memungkinkan wilayah formal.
e. Wilayah formal: wilayah yang ditandai dengan asosiasi
areal yang ditandai dengan alam fisik (gunung dan sebagainya), biotik (hutan,
sawah, kebun), dan sosial (masyarakat, RT, RW).
f. Interaksi ruang: adanya hubungan antara satu fakta
dengan fakta yang lain dalam satu ruang/tempat. Dengan hubungan timbal balik
biasanya akan timbul fakta baru. Contoh: Interaksi antara gempa dan gelombang
mengakibatkan bencana baru yang lebih hebat yang disebut tsunami.
g. Wilayah fungsional: wilayah-wilayah penting yang
sangat erat kaitannya dengan objek kejadian. Misalnya terjadinya gempa tsunami
di Jepang wilayah yang paling penting adalah kota Kyoto.
Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas
X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto;
editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Prinsip-prinsip Geografi
Prinsip geografi
menjadi dasar pada uraian, pengkajian, dan pengungkapan gejala, variabel,
faktor, dan masalah geografi. Pada waktu melakukan pendekatan terhadap objek
yang kita pelajari, dasar atas prinsip ini harus selalu menjiwainya. Secara
teoretis, menurut Nursid Sumaatmadja prinsip itu terdiri atas prinsip
penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi, dan prinsip keruangan.
a.
Prinsip Penyebaran
Prinsip penyebaran, yaitu suatu
gejala yang tersebar tidak merata di permukaan bumi yang meliputi bentang alam,
tumbuhan, hewan, dan manusia.
Gejala dan fakta geografi, baik yang
berkenaan dengan alamnya, maupun mengenai manusianya, tersebar di permukaan
bumi. Penyebaran gejala dan fakta tadi, tidak merata dari satu wilayah ke
wilayah lainnya. Dengan memperhatikan dan menggambarkan penyebaran gejala dan
fakta tadi dalam ruang, kita telah dibimbing untuk mengungkapkan persoalan yang
berkenaan dengan gejala dan fakta tadi. Dengan melihat dan menggambarkan
berbagai gejala pada peta, kita akan dapat mengungkapkan hubungannya satu sama
lain. Yang selanjutnya juga akan dapat meramalkannya lebih lanjut.
b.
Prinsip Interelasi
Prinsip interelasi, yaitu suatu hubungan saling terkait
dalam ruang, antara gejala yang satu dengan yang lain. Dasar kedua yang
digunakan untuk menelaah dan mengkaji gejala dan fakta geografi, yaitu prinsip
interelasi. Prinsip interelasi ini secara lengkap adalah interelasi dalam
ruang.
Setelah kita melihat gejala dan fakta geografi itu
penyebarannya dalam ruang atau di wilayah-wilayah tertentu, kita akan
mengungkapkan pula hubungan antara faktor fisis dengan faktor fisis, antara faktor
manusia dengan faktor manusia, dan antara faktor fisis dengan faktor manusia.
Dari antar hubungannya itu, kita akan dapat mengungkapkan karakteristik gejala
atau fakta geografi tempat atau wilayah tertentu.
c.
Prinsip Deskripsi
Prinsip deskripsi, yaitu penjelasan lebih jauh mengenai
gejala-gejala yang diselidiki/dipelajari. Deskripsi, selain disajikan dengan
tulisan atau kata-kata, dapat juga dilengkapi dengan diagram, grafik, tabel,
gambar, dan peta.
Pada interelasi gejala satu dengan gejala yang lain atau
antara faktor yang satu dengan faktor yang lain, selanjutnya dapat dijelaskan
sebab-akibat dari interelasi tadi. Penjelasan atau deskripsi, merupakan suatu
prinsip pada geografi dan studi geografi untuk memberikan gambaran lebih jauh
tentang gejala dan masalah yang kita pelajari.
d. Prinsip Korologi
Prinsip korologi, yaitu gejala, fakta ataupun masalah
geografi di suatu tempat yang ditinjau pesebarannya, interelasinya,
interaksinya, dan integrasinya dalam ruang tertentu, sebab ruang itu akan
memberikan karakteristik kepada kesatuan gejala tersebut. Prinsip korologi,
merupakan prinsip geografi yang komprehensif karena memadukan prinsip-prinsip
lainnya. Prinsip ini merupakan ciri dari geografi modern.
Pada prinsip korologi ini, gejala, fakta, dan masalah geografi
ditinjau penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam ruang. Baik
penyebaran maupun interelasinya dan interaksinya dalam hubungan terdapatnya
pada ruang tertentu. Faktor, sebab, dan akibat terjadinya suatu gejala dan
masalah, selalu terjadi dan tidak dapat dilepaskan dari ruang yang
bersangkutan. Ruang ini memberikan karakteristik kepada kesatuan gejala,
kesatuan fungsi, dan kesatuan bentuk karena ruang itu juga merupakan kesatuan.
Dalam meninjau sesuatu gejala berdasarkan prinsip
korologi, misalnya pertanian, selalu diperhatikan penyebarannya dalam ruang,
interelasinya dengan komponen-komponen atau faktor-faktor yang menunjang
pertanian, dan interaksi pertanian itu dengan kehidupan pada ruang yang
bersangkutan.
Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo
; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Unsur Pokok Geografi
Dalam geografi
terdapat dua unsur pokok, yaitu keadaan alam dan keadaan manusia.
a. Keadaan Alam (Realm of Nature)
Keadaan alam tidak dinamis dan tidak mengalami perubahan secara cepat
bila dibandingkan dengan keadaan manusia. Keadaan alam meliputi lingkungan alam
dan bentang alam. Pada lingkungan alam tercakup unsur-unsur:
1) kekuatan,
seperti rotasi bumi, revolusi bumi, gravitasi, dan perubahan cuaca;
2) proses-proses, seperti proses erosi, sedimentasi, sirkulasi air, dan
gejala-gejala vulkanisme;
3) unsur-unsur
fisik, topologi, dan biotik. Unsur fisik meliputi iklim, air, dan tanah. Unsur
topologi meliputi luas, letak, dan bentuk. Unsur biotik meliputi flora, fauna,
organisme, dan manusia.
b. Keadaan Manusia (Human Realm)
Keadaan manusia mengalami perubahan yang lebih cepat dan bersifat
dinamik dan kreatif. Keadaan manusia meliputi lingkungan sosial, bentang alam
budi daya, dan masyarakat. Lingkungan sosial meliputi faktor-faktor kebiasaan,
tradisi, hukum, dan kepercayaan.
Sedangkan
bentang alam budi daya berupa hutan buatan, danau buatan, perkebunan, dan
persawahan. Lingkungan geografi sangat berpengaruh terhadap pemusatan penduduk,
penyebaran penduduk, perilaku, dan kebudayaan penduduk, serta hubungannya
dengan keadaan alam sekitarnya.
Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo
; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Tata Geografi
Menurut Wardiyatmoko dan Bintarto untuk mengetahui
ciri-ciri suatu daerah/negara, perlu dibahas tata geografi yang mencakup unsur
fisik, topologi, dan biotik.
a. Pengaruh Unsur Fisik
Unsur fisik meliputi cuaca, air, relief, tanah, topologi, dan unsur
biotik.
b. Pengaruh Unsur Topologi
Pengaruh topologi meliputi: letak, luas, bentuk, dan batas suatu
wilayah yang berpengaruh terhadap unsur biotik.
c. Pengaruh Unsur Biotik
Flora, fauna, dan manusia saling memerlukan. Flora dan fauna merupakan
bahan makanan, bahan pakaian, dan juga bahan bangunan bagi manusia. Flora dan
fauna harus dipelihara agar jangan sampai punah.
Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo
; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Macam-macam Letak
Untuk mengetahui
dengan baik keadaan geografis suatu tempat atau daerah, terlebih dahulu perlu
kita ketahui letak tempat atau daerah tersebut di permukaan bumi. Dengan
mengetahui ini dapat dipahami berbagai hal menyangkut daerah tersebut,
kehidupan penduduk di daerah tersebut, posisi daerah itu terhadap tempat atau
daerah lain, dan latar belakang sejarah serta berbagai pengaruh yang pernah ada
atau akan ada terhadap daerah tersebut.
a. Letak
Astronomis
Yang
dimaksud letak astronomis ialah letak
suatu tempat dihubungkan dengan posisi garis lintang dan garis bujur, yang akan
membentuk suatu titik koordinat. Garis lintang ialah garis-garis paralel pada
pola bumi yang sejajar dengan ekuator (khatulistiwa). Jadi, lintang utara (LU)
berarti semua posisi atau tempat yang terletak di sebelah utara ekuator,
sedangkan lintang selatan (LS) berarti semua posisi atau tempat yang terletak
di sebelah selatan ekuator. Jarak antarlintang diukur dengan satuan derajat. Lintang
terendah adalah 0o (ekuator) dan lintang tertinggi adalah 90o
(kutub utara dan kutub selatan).
Yang
dimaksud garis bujur (meridian) ialah
semua garis yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan, tegak lurus pada
garis lintang. Semua meridian adalah setengah lingkaran besar. Banyak sekali
meridian dapat ditarik, namun agar tidak terlalu rapat, dibuat tiap 15o.
Letak astronomis
Indonesia, yaitu terletak pada 6o LU – 11o LS dan 95o
BT – 141o BT. Letak astronomis yang demikian itu menunjukkan bahwa
Indonesia terletak di daerah iklim tropis. Daerah iklim tropis terdapat di
antara 23 ½ o LU atau tropic of cancer, dan 23 ½ o LS atau tropic of capricorn.
Hal ini mengakibatkan temperatur di Indonesia cukup tinggi (antara 26o –
28oC), curah hujan cukup banyak (antara 700 – 7.000 mm/tahun),
terjadi hujan zenital (hujan naik ekuator), dan proses pelapukan batu-batuan cukup
cepat serta terdapat berbagai jenis spesies hewan dan tumbuhan. Letak
astronomis mengakibatkan terjadinya perbedaan waktu kira-kira 3 jam (tepatnya 46
x 4 menit = 184 menit) antara bagian paling timur dan paling barat Indonesia.
Sejak tanggal 1
Januari 1988 di Indonesia diberlakukan pembagian daerah waktu yang baru,
menggantikan pembagian daerah waktu yang lama yang berlaku sejak 1 Januari 1964. Dengan
berlakunya pembagian daerah waktu baru ini, terjadi pergeseran waktu di beberapa tempat.
Mari kita lihat
pembagian daerah waktu di Indonesia sekarang ini.
1)
Daerah Waktu Indonesia Bagian
Barat (WIB)
Waktu Indonesia Bagian Barat berdasarkan meridian pangkal 105o BT, meliputi
seluruh provinsi di Sumatera, seluruh provinsi di Jawa, Provinsi Kalimantan
Barat, dan Provinsi Kalimantan Tengah (mempunyai selisih waktu 7 jam lebih awal dari
waktu Greenwich).
2) Daerah Waktu Indonesia Bagian Tengah (WITA)
Waktu Indonesia Bagian Tengah berdasarkan meridian pangkal 120o BT, meliputi
Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan Selatan, Bali, NTT, NTB,
dan seluruh provinsi di Sulawesi (mempunyai selisih waktu 8 jam lebih awal dari
waktu Greenwich).
2)
Daerah Waktu Indonesia Bagian
Timur (WIT)
Waktu Indonesia Bagian Timur berdasarkan meridian pangkal 135o BT, meliputi
seluruh provinsi di Irian Jaya (Papua), Maluku, dan Maluku Utara (mempunyai
selisih waktu 9 jam lebih awal dari waktu Greenwich).
Daerah
pembagian waktu di Indonesia.
(Sumber:
Kuswanto, 2004)
b. Letak Maritim
Letak maritim
adalah letak suatu tempat ditinjau dari sudut kelautan. Yakni apakah tempat itu
dekat atau jauh dari laut serta apakah sebagian atau seluruhnya
dikelilingi oleh laut dan sebagainya. Letak maritim atau letak kelautan Indonesia sangat
baik sebab wilayahnya yang berbentuk kepulauan dikelilingi oleh tiga lautan besar, yakni:
1) Bagian timur Indonesia berhadapan dengan
Samudera Pasifik.
2) Bagian selatan Indonesia berhadapan dengan
Samudera Hindia.
3) Bagian utara Indonesia berhadapan dengan Laut
Cina Selatan.
Letak maritim
yang demikian tentu saja membawa akibat yang baik bagi Indonesia, misalnya,
adanya usaha atau kegiatan di bidang pelayaran, perikanan serta pelabuhan
di wilayah Indonesia, menyebabkan Indonesia mempunyai potensi ekonomi besar untuk
dikembangkan, dan Indonesia mempunyai posisi penting dalam percaturan politik dunia.
c. Letak
Geomorfologis
Letak
geomorfologis adalah letak berdasarkan morfologi suatu tempat di muka bumi.
Letak geomorfologis Indonesia sangat bervariasi. Perbedaan letak
geomorfologis mempunyai pengaruh yang bermacam-macam, misalnya:
1) adanya suhu yang berbeda-beda sangat berpengaruh
terhadap jenis tanaman,
2) menentukan ada tidaknya mineral-mineral yang
dikandung oleh batuan tersebut,
3) menentukan kepadatan penduduk, misalnya tempat yang
morfologi daratannya berbukit atau terjal kepadatan penduduknya kecil, dan
4) perlu memperhitungkan morfologi daerah sebelum
membangun bangunan-bangunan, jembatan-jembatan, gedung-gedung, dan jalan-jalan raya.
d. Letak
Geologis
Letak geologis
ialah letak suatu daerah atau negara berdasarkan struktur batu-batuan yang
ada pada kulit buminya. Letak geologis Indonesia dapat terlihat dari beberapa sudut,
yaitu dari sudut formasi
geologinya,
keadaan batuannya, dan jalur-jalur pegunungannya.
Dilihat dari
formasi geologinya, kepulauan Indonesia dibagi dalam tiga zona geologi
(pertemuan tiga lempeng litosfer), yaitu:
1) bagian utara berbatasan dengan tameng Asia dan
perluasannya ke arah selatan tenggelam di bawah permukaan air laut, yang dikenal dengan Paparan
Sunda (disebut Lempeng Asia);
2) bagian barat dan selatan dibatasi oleh ”Benua
Gondwana” yang terdiri atas India, dasar Samudera Hindia, Australia, dan perluasannya ke arah utara
tenggelam di bawah permukaan air, yakni Paparan Sahul (disebut Lempeng
Indo-Australia);
3) bagian timur dibatasi oleh
dasar Samudera Pasifik (disebut Lempeng Dasar Samudera Pasifik yang meluas ke arah barat
daya).
Dataran
Indonesia Timur (Paparan Sahul) memiliki jenis batuan sama dengan di Benua
Australia. Daerah peralihan antara kedua dataran tersebut disebut Daerah
Wallace. Dilihat dari jalur-jalur pegunungannya, Indonesia terletak pada
pertemuan dua rangkaian pegunungan muda, yakni rangkaian Sirkum Pasifik dan rangkaian
Sirkum Mediterania. Oleh karena itu, di Indonesia:
1) terdapat banyak gunung
berapi yang dapat menyuburkan tanah,
2) sering terjadi gempa bumi,
dan
3) terdapat bukit-bukit
tersier yang kaya akan barang tambang, seperti minyak bumi, batu bara,
dan bauksit.
e. Letak
Geografis
Letak geografis
ialah letak suatu daerah dilihat dari kenyataannya di bumi atau posisi
daerah itu pada pola bumi dibandingkan dengan posisi daerah lain. Letak
geografis ditentukan pula oleh letak astronomis dan letak geologis. Jadi, kalau
dilihat secara geografis, Indonesia terletak antara 6º LU - 11º LS dan 95º BT
- 141º BT, antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, antara Benua Asia
dan Benua Australia, dan pada pertemuan dua rangkaian pegunungan,
yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania.Letak geografis
yang demikian menempatkan Indonesia pada posisi silang yang strategis dan
baik.
Hal ini dapat terlihat
pada hal-hal berikut ini :
1) Indonesia
terletak di daerah tropis yang panasnya merata sepanjang tahun dan hanya mempunyai
dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Tidak adanya musim dingin di
Indonesia menyebabkan
kehidupan pertanian, perikanan, dan peternakan dapat berlangsung
sepanjang tahun.
2) Karena
terletak di antara dua samudera yang sangat ramai jalur pelayarannya, ditambah
dengan adanya kekayaan flora, fauna, dan sumber-sumber mineral, akan sangat menunjang lalu
lintas perdagangan dan menambah sumber devisa negara.
3) Letak di
antara dua benua besar menyebabkan Indonesia memiliki iklim musim yang
bergantian setiap 6 bulan sekali, yaitu musim penghujan dan musim
kemarau. Iklim tersebut sangat berpengaruh baik terhadap usaha
perkebunan, seperti teh, karet, kopi, tembakau, tebu, dan sebagainya.
Tentu saja ini dapat membuat Indonesia memperbesar ekspor hasil-hasil perkebunan
tersebut.
4) Karena
terletak pada daerah lipatan muda maka sangat dimungkinkan
pengeksploitasian terhadap sumber-sumber mineral, seperti minyak bumi, batu
bara, besi, nikel, dan lain-lain.
f. Letak
Ekonomis
Letak ekonomis
ialah letak suatu negara ditinjau dari jalur dan kehidupan ekonomi negara
tersebut terhadap negara lain. Letak ekonomis Indonesia sangat baik, sebab terletak
antara Benua Asia dan
Australia
ditambah dengan beberapa tempat di sekitar Indonesia yang merupakan pusat lalu
lintas perdagangan, misalnya: Kuala Lumpur dan Singapura. Negara
tetangga Indonesia ini membutuhkan hasil-hasil pertanian dan hasil
pertambangan yang banyak dihasilkan dari Indonesia.
Kemungkinan Indonesia menjadi pusat pasar dunia yang besar sehingga
banyak negara industri yang menanamkan modalnya di Indonesia.
g. Letak
Sosiokultural
Letak
sosiokultural adalah letak berdasarkan keadaan sosial dan budaya daerah yang
bersangkutan terhadap daerah di sekelilingnya. Indonesia, secara
sosiogeografis - kultural, terletak di simpang empat jalan antara Benua Asia
dan Australia yang terdiri atas berbagai bangsa. Hal ini menyebabkan
terjadinya akulturasi budaya. Secara sosiokultural, Indonesia mempunyai banyak
persamaan umum
dengan
negara-negara tetangga. Misalnya, sama-sama merupakan negara sedang berkembang,
sama-sama sedang mengalami masalah ledakan penduduk, sama-sama berlandaskan kehidupan
beragama, sama-sama bekas negara jajahan, dan sebagian besar penduduknya mempunyai
persamaan ras.
Dengan melihat
kondisi-kondisi sosial tersebut, tidak mengherankan apabila bangsa-bangsa di Asia
umumnya, dan Asia Tenggara khususnya, berupaya memajukan masyarakat dan memperbaiki keadaan
sosiokulturalnya. Adanya kerja sama dan kontak sosial ini dapat dilihat
dengan dibentuknya ASEAN, Asean Games, dan berbagai bentuk kerja
sama lainnya.
Sumber
: Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo
Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang
Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.